di ladang waktu

di ladang waktu
sayap-sayap kecil
dikepakkan berbagai mimpi
bagi penderitaan besar
dan panjang

air kali mengalir
di dalamnya, terbayang hari esok penuh memar
luka siapakah yang berdarah di gunung?
anak-anak pedesaan
tak mengenal lagi kemuliaan sebuah permainan
mereka kehilangan sepenggal keluguannya
dan merasa asing bagi sebuah pemahaman
yang lahir secara sederhana
bahwa sekuntum bunga
mekar untuk dipersembahkan pada cinta

di bibir pantai, angin tersesat
sebuah kampung kehilangan namanya sendiri
hanya kabut bergerak
dari pohon-pohon yang dikerdilkan jiwanya

di ladang waktu
tiba-tiba kita terdampar pada rasa waswas
tak bertepi

nanoq da kansas

perjalanan senja

perjalanan senja, sebuah potret pucat
garis patah pada permukaan jalan
memantulkan wajah desa, kota dan langit
dalam warna-warna buram
di manakah wajahku?

retak bingkai jendela kereta berdarah
saputangan berdebu
dan wajahmu pun sia-sia kubentuk
dari sisa cahaya di ufuk

sementara dari halaman koran demi koran
huruf-huruf membentuk dunia sendiri
o, kerinduan macam apakah
yang sesungguhnya kita tempuh?

kereta dan senja berpacu. terus.
tiap detik langkah kita terperangkap
garis patah pada permukaan jalan
maka

keterasingan ini kian tajam jaraknya

nanoq da kansas

tanah lot

ini pertamanan baru
dibikin kaum pemecah batu
dari masa depan anak cucu

kenapa kepala dan jiwaku masih saja
bertengkar, saling bertahan tentang sebuah cinta
yang bersemayam di gundukan sebongkah karang?

kukenal samudera itu sejak dahulu
tak pernah memilih pemujanya
karena ia hanyalah air
dan air tahu kapan mestinya mengembalikan
tubuhnya kepada ikan-ikan
dan ikan-ikan paham,
antara cuaca dan waktu
tak pernah ada kesepakatan
untuk menolak pergeseran sejarah

dan aku, apa bedanya dari ikan-ikan?

ah, tentang satu hal aku putuskan bunuh diri
menyimpan hati nuraniku pada puisi
barangkali dengan demikian akan sampai upacaraku
utuh bening dan sejuk
memadamkan hasrat untuk memberontak

nanoq da kansas

upacara penguburan daun-daun

memberi arti bagi sekuntum bunga
apa yang diserahkan cuaca
kecuali harumnya?

wahai, daun-daun gugur
kutanam engkau di kegersangan sejarah ini
tumbuhlah jadi pohon puisi
menjadi rindang
yang tak hidup dari akar
kepercayaan pada embun dan hujan berdarah

kutanam engkau daun-daun yang menangis
jadilah mata air
bagi buah cinta yang lahir dari pecahan tanah

dan di kebun ini
inilah upacara terakhirku
seekor lebah yang jadi pengantin
sebelum doa kematian bagi seluruh musim

nanoq da kansas

lukisan tak berbingkai

hujan sore itu tinggal gerimisnya
dua ekor burung saling mematuk
berebut guguran daun di depan jendela

di halaman ada yang melintas
memunguti sisa-sisa cahaya
siapa, kaukah yang kehilangan waktu?

di ruang tamu, seekor laba-laba
memangsa sarangnya sendiri

di kamar sebelah
ada yang terisak pelan-pelan
cintakah yang kehilangan risau?

gerimis kali ini tinggal dinginnya
dan bayangan itu lindap begitu saja
memagut sisa-sisa cahaya

kaukah yang kehilangan waktu?

nanoq da kansas
 

© free template by Blogspot tutorial